Minggu, 07 Desember 2014

responding paper topik 11

RESPONDING PAPER TOPIK 11 RELASI GENDER DALAM AGAMA HINDU
Oleh:
E. Ova Siti Sofwatul Ummah
(1112033100049)
a.      Kesetaraan Gender  dalam Tradisi dan Teks-teks Hindu
Pandangan agama Hindu terhadap gender atau persamaan adalah tertuang dalam tujuan agama hindu itu sendiri yaitu “moksartham Jagadhtaya Ca Iti Dharma” agama hindu bertujuan untuk mencapai kebahagiaan rohani dan kesejahteraan hidup jasmani.
Gender sendiri menurut agama Hindu ialah interaksi sosial masyarakat yang membedakan perilaku anara laki-laki dan perempuan secara proposional menyangkut moral, etika, dan budaya. Bagaimana seharusnya laki-laki dan perempuan diharapkan berperan dan bertindak sesuai dengan ketentuan sosial, moral, etika, dan budaya dimana mereka berada. Menurut ajaran agama Hindu gender bukan merupakan perbedaan perlakuan sosial antara laki-laki dan perempuan tetapi mempertimbangkan mana yang pantas dilakukan oleh laki-laki dan mana yang pantas dilakukan oleh perempuan.
Dalam Manawa Dharmasastra III. 58:
Yatra naryastu p jyante
Ramante tarra dewatah
Yatraitastu na p jyante
Sarvastatra phalah kriyah

Artinya:
Dimana wanita dihormati disanalah
Para dewa senang dan melimpahkan
anugerahnya. Dimana wanita tidak dihormati tidak ada upacara suci apapun
yang memberikan pahala mulia.
           
Dalam Manawa Dharmasastra I.32 ada dinyatakan bahwa laki-laki dan perempuan sama-sama diciptakan oleh tuhan. Dalam sejarah hindu tidak dikenal bahwa wanita itu berasal dari tulang rusuk laki-laki. Ini artinya menurut sloka Manawa Dharmasastra tersebut bahwa laki-laki dan perempuan menurut pandangan Hindu memiliki kesetaraan. Saying dalam adat istiadat Hindu seperti di Bali misalnya wanita masih belum sepenuhnya setara terutama adat beragama Hindu.
Padahal kesetaraan wanita dan laki-laki itu terdapat juga dalam ceritra Lontar Medang Kamulan. Dalam Lontar Medang Kamulan tersebut ada mitology tentang terciptanya laki-laki dan perempuan. Dalam Lontar itu diceritakan Dewa Brahma menciptakan secara langsung laki-laki dan perempuan. Pada awalnya Dewa Brahma atas kerjasama dengan Dewa Wisnu dan Dewa Siwa membuat manusia dari tanah, udara, api dan akasa. Selanjutnya Dewa Bayu memberikan napas dan tenaga. Dewa Iswara memberikan suara dan kemampuan berbahasa. Sang Hyang Acintya memberikan idep sehingga bisa berpikir. Setelah tugas membuat manusia itu selesai ternyata manusia yang diciptakan oleh Dewa Brahma atas penugasan Hyang Widhi itu tidak memiliki kelamin. Jadinya tidak laki-laki dan tidak perempuan. Karena itu Dewa Brahma masuk dalam diri manusia ciptaanNya itu. Kemudian menghadap dan mencipta ke timur laut. Dari ciptaan itu muncullah manusia laki dari timur laut. Kemudian menghadap ke tenggara untuk mencipta terus muncullah manusia perempuan dari tenggara.
Dari konsepsi tterciptanya manusia ini sudah tergambar bahwa laki-laki dan perempuan secara azasi harkat dan martabat serta gendernya adalah sejajar. Perbedaan laki-laki dan perempuan itu adalah perbedaan yang komplementatif artinya perbedaan yang saling lengkap melengkapi. Artinya tanpa perempuan, laki-laki itu tidak lengkap. Demikian juga sebaliknya. Karena itu Rgveda laki-laki dan perempuan yang sudah menjadi suami istri disebut dengan satu istilah yaitu Dampati artinya tidak dapat dipisahkan. Dalam Bahasa Bali disebut “dampet”. Karena itu dalam Manawa Dharmasastra IX.45 dinyatakan bahwa suami istri itu adalah tunggal. Demikian juga adanya istilah suami dan istri. Kalau orang disebut istri sudah termasuk didalamnya pengertian suami. Kalau ada suami sudah disebut sebagai istri sudah dapat dipastikan ada suaminya. Karena kalau ada perempuan yang belum bersuami tidak mungkin dia disebut istri.
           

b.      Ketidaksetaraan Gender dalam Tradisi dan Teks-teks Hindu
Salah satu ketidak setaraan gender dalam tradisi dan teks-teks Hindu ialah terdapat dalam adat istiadat Hindu di bali wanita itu tidak dapat waris apa lagi ia kawin keluar lingkungan keluarganya. Disamping wanita mendapat artha warisan ia juga mendapatkan pemberian artha jiwa dana dari ayahnya. Jumlahnya tergantung kerelaan orang tuanya. Sebagai ibu atau pitri matta menurut istilah dalam Manawa Dharma III.145 seribu kali lebih terhormat dari pada ayah. Sedangkan sebagai istri ia serata dengan suaminya.   
c.       Relasi Kuasa Dewa-Dewa dan Dewi-Dewi
Dalam Hindu dikenal banyak nama Dewa, Dewi, posisi Dewa-Dewi sama halnya dengan Malaikat dalam agama samawi. Dewa-Dewi tertinggi agama Hindu dikenal dengan Tri Murthi yang dipercaya sebagai manifestasi Tuhan dalam 3 bentuk, yaitu :
                                                            1.      Dewa Brahma-Dewa Pencipta, manifestasi Tuhan dalam menciptakan.
                                                            2.      Dewa Wisnu-Dewa Pemelihara, manifestasi Tuhan dalam memelihara.
                                                            3.      Dewa Siwa-Dewa Pelebur/Pemusnah, manifestasi Tuhan dalam menghancurkan.
Dewa (maskulin), Dewi (feminin) adalah keberadaan supranatural yang menguasai unsur-unsur alam atau aspek-aspek tertentu dalam kehidupan manusia. Mereka disembah, dianggap suci dan keramat, serta dihormati oleh umat hindu. Dewa memiliki bermacam-macam wujud, biasanya berwujud manusia atau binatang. Mereka hidup abadi dan memiliki kepribadian masing-masing. Mereka memiliki emosi, kecerdasan, seperti layaknya manusia. Beberapa fenomena alam seperti petir, hujan, banjir, badai dan sebagainya termasuk keajaiban adalah ciri khas mereka sebagai pengatur alam. Para makhluk supranatural yang menguasai unsur-unsur alam atau aspek-aspek tertentu dalam kehidupan manusia yang berjenis kelamin pria disebut « Dewa », sedangkan « Dewi » adalah sebutan untuk yang berjenis kelamin wanita.
Istilah Dewa-Dewi lingga yoni dalam ajaran Hindu menggambarkan bahwa dualism ini sesungguhnya ada dan saling membutuhkan karena Tuhan Yang Maha Esa menciptakan semua makhluk hidup selalu berpasangan. Didalam kitab suci hubungan suami istri dalam ikatan perkawinan disebut satu jiwa dari dua badan yang berbeda. Seperti halnya umat manusia dewa-dewa pun mempunyai istri yang kita kenal dengan dewi-dewi atau sering disebut sakti.
Dewa Brahma mempunyai istri Dewi Saraswati, Dewa Wisnu mempunyai istri Dewi Laksmi, dan Dewa Siwa yang mempunyai istri Dewi Durgana dan Dewi Uma. Dewa-Dewi dalam agama Hindu juga mempunyai tugas dan kekuasaan masing-masing seperti:
·         Dewa Brahma yang memiliki kuasa dalam penciptaan jagat raya. Ia adalah anggota pertama dari Trimurti Hindu yang juga termasuk didalamnya Dewa Visnu dan Dewa Siva. Pasangannya adalah yang mulya Saraswati, Dewi dari ilmu pengetahuan. Ia memberikan pengetahuan yang diperlukan untuk tujuan penciptaan.
·         Dewa Wisnu yang bergelar sebagai « shitti : (pemelihara) yang bertugas memlihara dan melindungi semua ciptaan Tuhan (Brahman). Dewi Laksmi dalam agama Hindu, Laksmi adalah Dewi kekayaan, kesuburan, kemakmuran, keberuntungan, kecantikan, keadilan, dan kebijaksanaan.
·         Dalam kitab-kitab Purana, dewi Laksmi adalah Ibu dari alam semesta, sakti dari Dewa Wisnu. Dewi Laksmi memiliki ikatan yang sangat erat dengan Dewa Wiisnu. Dalam beberapa inkarnasi Wianu (Avatara) Dewi Laksmi ikut serta menjelma sebagai Sita (ketika Wisnu menjelma sebagai Rama), Rukmini (ketika Wisnu menjelma sebagai Kresna), dan Alamelu (ketika Wisnu menjelma sebagai Wenkateswara).
·         Dalam Padma Purana disebutkan bahwa Dewa Brrahma membagi setengah dirinya dalam menciptakan Dewi Saraswati. Bukan hanya setengah badan tetapi juga adalah setengah jiwanya. Hal ini dimaksudkan dengan konsep Ardhanareswari dalam Hindu.
·         Dalam Siswatattwa dikenal konsep Ardhanawareswari yaitu simbol Tuhhan dalam manifestasi sebagai setengah purusa dan pradana. Kedudukan dan peranan purusa disimbolkan dengan Siwa sedangkan Pradana Purusa disimbolkan dengan Siwa sedangkan Pradana disimbolkan dengan Dewi Uma. Di dalam proses penciptaan, Siwa memerankan fungsi maskulin sedangkan Dewi Uma memerankan fungsi feminin. Tiada suatu apapun akan tercipta jika kekuatan purusa dan pradana tidak menyatu. Penyatuan antar kedua unsur ini diyakini tetap memberikan bayu bagi terciptanya berbagai makhluk dan tumbuhan yang ada.
·         Dewa Siwa yang memiliki kuasa meleburkan, memusnahkan, dan menghancurkan. Ia menghilangkan kejahatan, menganugerahkan anugerah, memberikan berkah, menghancurkan ketidakpedulian, dan membangkitkan kebijaksanaan pada pemujanya.
·         Dewi Durga yang disebut juga dengan  banyak nama lainnya, seperti Sakti, Parwati, Ambika, dan Kali. Dalam bentuk Uma, ia dikenal sebagai pasangan Dewa Siwa. Dewi Durga adalah salah satu Dewi yang banyak dipuja dalam agama Hindu. Durga yang disebut juga Ibu Mulia, melindungi manusia dari kejahatan dan penderitaan dengan menghancurkan kekuatan jahat seperti keegoisan, kecemburuan, prasangka, benci, dan ego.
·         Dappat dilihat bersama dalam kehidupan sehari-hari masyarakat memberikan penghargaan yang besar terhadap perempuan. Masyarakat melakukan pemujaan kepada Dewi yang dapat membantu kehidupan manusia di dunia, seperti Dewi Sri(Dewi padi) yang merupakan sumber kehidupan manusia, pemujaan sebagai tanda bakti terimakasih juga ditujukan keada Dewi Saraswati (Dewi pengetahuan). Dewi Saraswati berdiri diatas bunga teratai melambangkan ia sebagai perempuan mampu berdiri dalam situasi apa pun. Dewi Durga mempunyai kekuatan magis yang luar biasa, yang dapat memberi dan menghancurkan kehidupan ini. Dewi Sri Sedana, merupakan para Dewi uang yang mempengaruhi perekonomian seseorang. Tugas yang di lakukan para Dewi itu adalah sama dengan Dewi sesuai manifestasinya.
d.      Feminisme Hindu : Perjuangan melawan ketidak setaraan
Seperti kita tahu bahwa tokoh feminis Hindu adalah seorang tokoh yang tidak asing lagi, yaitu Mahatma Gandi. Ia dikenal sebagai sosok yang sangat baik kepribadiannya. Pada masa penjajahan, salah satu cara untuk mengusir penjajah ialah bukan dengan cara kekerasan, tetapi degan cara berbuat baik kepada musuh tersebut. Karena menurutnya musuh adalah bukan orang yang jahat dan tidak harus dimusuhi. Musuh menurut  aMahatma Gandi adalah orang yang tidak tahu atau tersesat, maka tugas kita adalah menyadarkannya. Hal ini sesuai dengan prinsip hidupnya yaitu ahimsa dan Brahmacarya.
e.       Relasi gender dalam Masyarakat Bali

Seperti kita tahu, bahwa kebudayaan masyarakat Bali sangat terpengaruh oleh agama Hindu. Dimana agama Hindui ini sendiri masih kental dengan budaya patriarki atau patrilinear. Contoh salah satunya ialah di Bali kelahiran anak laki-laki masih menjadi hal yang sangat dinanti-nanti, dan ketika kelahiran maka anak tersebut menjadi garis keturunan dari keluarga ayahnya, bukan dari keluarga ibu anak tersebut. Perempuan yang sudah menikah tinggal di rumah suaminya dan  perempuan Bali setelah menikah, maka ia menjadi bagian dari keluarga suaminya, dan tidak diharuskan lagi mengabdi kepada keluarganya karena ia sekarang sudah menjadi bagian dari keluarga suaminya. Selanjutnya anak perempuan tersebut akan resmi mengundurkan diri (mepamit) kepada keluarganya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar