RESPONDING PAPER
TOPIK 11 RELASI GENDER DALAM AGAMA HINDU
Oleh:
E. Ova Siti
Sofwatul Ummah
(1112033100049)
a.
Kesetaraan
Gender dalam Tradisi dan Teks-teks Hindu
Pandangan
agama Hindu terhadap gender atau persamaan adalah tertuang dalam tujuan agama
hindu itu sendiri yaitu “moksartham Jagadhtaya Ca Iti Dharma” agama hindu
bertujuan untuk mencapai kebahagiaan rohani dan kesejahteraan hidup jasmani.
Gender sendiri menurut agama Hindu ialah interaksi sosial
masyarakat yang membedakan perilaku anara laki-laki dan perempuan secara
proposional menyangkut moral, etika, dan budaya. Bagaimana seharusnya laki-laki
dan perempuan diharapkan berperan dan bertindak sesuai dengan ketentuan sosial,
moral, etika, dan budaya dimana mereka berada. Menurut ajaran agama Hindu
gender bukan merupakan perbedaan perlakuan sosial antara laki-laki dan
perempuan tetapi mempertimbangkan mana yang pantas dilakukan oleh laki-laki dan
mana yang pantas dilakukan oleh perempuan.
Dalam Manawa Dharmasastra III. 58:
Yatra naryastu p jyante
Ramante tarra dewatah
Yatraitastu na p jyante
Sarvastatra phalah kriyah
Artinya:
Dimana wanita dihormati disanalah
Para dewa senang dan melimpahkan
anugerahnya. Dimana wanita tidak dihormati tidak ada upacara suci
apapun
yang memberikan pahala mulia.
Dalam Manawa
Dharmasastra I.32 ada dinyatakan bahwa laki-laki dan perempuan sama-sama
diciptakan oleh tuhan. Dalam sejarah hindu tidak dikenal bahwa wanita itu
berasal dari tulang rusuk laki-laki. Ini artinya menurut sloka Manawa
Dharmasastra tersebut bahwa laki-laki dan perempuan menurut pandangan Hindu
memiliki kesetaraan. Saying dalam adat istiadat Hindu seperti di Bali misalnya
wanita masih belum sepenuhnya setara terutama adat beragama Hindu.
Padahal
kesetaraan wanita dan laki-laki itu terdapat juga dalam ceritra Lontar Medang
Kamulan. Dalam Lontar Medang Kamulan tersebut ada mitology tentang terciptanya
laki-laki dan perempuan. Dalam Lontar itu diceritakan Dewa Brahma menciptakan
secara langsung laki-laki dan perempuan. Pada awalnya Dewa Brahma atas
kerjasama dengan Dewa Wisnu dan Dewa Siwa membuat manusia dari tanah, udara,
api dan akasa. Selanjutnya Dewa Bayu memberikan napas dan tenaga. Dewa Iswara
memberikan suara dan kemampuan berbahasa. Sang Hyang Acintya memberikan idep
sehingga bisa berpikir. Setelah tugas membuat manusia itu selesai ternyata
manusia yang diciptakan oleh Dewa Brahma atas penugasan Hyang Widhi itu tidak
memiliki kelamin. Jadinya tidak laki-laki dan tidak perempuan. Karena itu Dewa
Brahma masuk dalam diri manusia ciptaanNya itu. Kemudian menghadap dan mencipta
ke timur laut. Dari ciptaan itu muncullah manusia laki dari timur laut.
Kemudian menghadap ke tenggara untuk mencipta terus muncullah manusia perempuan
dari tenggara.
Dari konsepsi
tterciptanya manusia ini sudah tergambar bahwa laki-laki dan perempuan secara
azasi harkat dan martabat serta gendernya adalah sejajar. Perbedaan laki-laki
dan perempuan itu adalah perbedaan yang komplementatif artinya perbedaan yang
saling lengkap melengkapi. Artinya tanpa perempuan, laki-laki itu tidak
lengkap. Demikian juga sebaliknya. Karena itu Rgveda laki-laki dan perempuan
yang sudah menjadi suami istri disebut dengan satu istilah yaitu Dampati
artinya tidak dapat dipisahkan. Dalam Bahasa Bali disebut “dampet”. Karena itu
dalam Manawa Dharmasastra IX.45 dinyatakan bahwa suami istri itu adalah
tunggal. Demikian juga adanya istilah suami dan istri. Kalau orang disebut
istri sudah termasuk didalamnya pengertian suami. Kalau ada suami sudah disebut
sebagai istri sudah dapat dipastikan ada suaminya. Karena kalau ada perempuan
yang belum bersuami tidak mungkin dia disebut istri.
b.
Ketidaksetaraan
Gender dalam Tradisi dan Teks-teks Hindu
Salah
satu ketidak setaraan gender dalam tradisi dan teks-teks Hindu ialah terdapat
dalam adat istiadat Hindu di bali wanita itu tidak dapat waris apa lagi ia
kawin keluar lingkungan keluarganya. Disamping wanita mendapat artha warisan ia
juga mendapatkan pemberian artha jiwa dana dari ayahnya. Jumlahnya tergantung
kerelaan orang tuanya. Sebagai ibu atau pitri matta menurut istilah dalam
Manawa Dharma III.145 seribu kali lebih terhormat dari pada ayah. Sedangkan
sebagai istri ia serata dengan suaminya.
c.
Relasi Kuasa Dewa-Dewa dan Dewi-Dewi
Dalam Hindu
dikenal banyak nama Dewa, Dewi, posisi Dewa-Dewi sama halnya dengan Malaikat
dalam agama samawi. Dewa-Dewi tertinggi agama Hindu dikenal dengan Tri Murthi
yang dipercaya sebagai manifestasi Tuhan dalam 3 bentuk, yaitu :
1.
Dewa Brahma-Dewa Pencipta, manifestasi Tuhan dalam
menciptakan.
2.
Dewa Wisnu-Dewa Pemelihara, manifestasi Tuhan dalam
memelihara.
3.
Dewa Siwa-Dewa Pelebur/Pemusnah, manifestasi Tuhan dalam
menghancurkan.
Dewa (maskulin), Dewi (feminin) adalah keberadaan
supranatural yang menguasai unsur-unsur alam atau aspek-aspek tertentu dalam
kehidupan manusia. Mereka disembah, dianggap suci dan keramat, serta dihormati
oleh umat hindu. Dewa memiliki bermacam-macam wujud, biasanya berwujud manusia
atau binatang. Mereka hidup abadi dan memiliki kepribadian masing-masing.
Mereka memiliki emosi, kecerdasan, seperti layaknya manusia. Beberapa fenomena
alam seperti petir, hujan, banjir, badai dan sebagainya termasuk keajaiban
adalah ciri khas mereka sebagai pengatur alam. Para makhluk supranatural yang
menguasai unsur-unsur alam atau aspek-aspek tertentu dalam kehidupan manusia
yang berjenis kelamin pria disebut « Dewa », sedangkan
« Dewi » adalah sebutan untuk yang berjenis kelamin wanita.
Istilah Dewa-Dewi lingga yoni dalam ajaran Hindu
menggambarkan bahwa dualism ini sesungguhnya ada dan saling membutuhkan karena
Tuhan Yang Maha Esa menciptakan semua makhluk hidup selalu berpasangan. Didalam
kitab suci hubungan suami istri dalam ikatan perkawinan disebut satu jiwa dari
dua badan yang berbeda. Seperti halnya umat manusia dewa-dewa pun mempunyai
istri yang kita kenal dengan dewi-dewi atau sering disebut sakti.
Dewa Brahma mempunyai istri Dewi Saraswati, Dewa Wisnu
mempunyai istri Dewi Laksmi, dan Dewa Siwa yang mempunyai istri Dewi Durgana
dan Dewi Uma. Dewa-Dewi dalam agama Hindu juga mempunyai tugas dan kekuasaan masing-masing
seperti:
·
Dewa Brahma yang memiliki kuasa dalam penciptaan jagat
raya. Ia adalah anggota pertama dari Trimurti Hindu yang juga termasuk
didalamnya Dewa Visnu dan Dewa Siva. Pasangannya adalah yang mulya Saraswati,
Dewi dari ilmu pengetahuan. Ia memberikan pengetahuan yang diperlukan untuk
tujuan penciptaan.
·
Dewa Wisnu yang bergelar sebagai « shitti :
(pemelihara) yang bertugas memlihara dan melindungi semua ciptaan Tuhan
(Brahman). Dewi Laksmi dalam agama Hindu, Laksmi adalah Dewi kekayaan, kesuburan,
kemakmuran, keberuntungan, kecantikan, keadilan, dan kebijaksanaan.
·
Dalam kitab-kitab Purana, dewi Laksmi adalah Ibu dari
alam semesta, sakti dari Dewa Wisnu. Dewi Laksmi memiliki ikatan yang sangat
erat dengan Dewa Wiisnu. Dalam beberapa inkarnasi Wianu (Avatara) Dewi Laksmi
ikut serta menjelma sebagai Sita (ketika Wisnu menjelma sebagai Rama), Rukmini
(ketika Wisnu menjelma sebagai Kresna), dan Alamelu (ketika Wisnu menjelma
sebagai Wenkateswara).
·
Dalam Padma Purana disebutkan bahwa Dewa Brrahma membagi
setengah dirinya dalam menciptakan Dewi Saraswati. Bukan hanya setengah badan
tetapi juga adalah setengah jiwanya. Hal ini dimaksudkan dengan konsep
Ardhanareswari dalam Hindu.
·
Dalam Siswatattwa dikenal konsep Ardhanawareswari yaitu
simbol Tuhhan dalam manifestasi sebagai setengah purusa dan pradana. Kedudukan
dan peranan purusa disimbolkan dengan Siwa sedangkan Pradana Purusa disimbolkan
dengan Siwa sedangkan Pradana disimbolkan dengan Dewi Uma. Di dalam proses
penciptaan, Siwa memerankan fungsi maskulin sedangkan Dewi Uma memerankan
fungsi feminin. Tiada suatu apapun akan tercipta jika kekuatan purusa dan
pradana tidak menyatu. Penyatuan antar kedua unsur ini diyakini tetap
memberikan bayu bagi terciptanya berbagai makhluk dan tumbuhan yang ada.
·
Dewa Siwa yang memiliki kuasa meleburkan, memusnahkan,
dan menghancurkan. Ia menghilangkan kejahatan, menganugerahkan anugerah,
memberikan berkah, menghancurkan ketidakpedulian, dan membangkitkan
kebijaksanaan pada pemujanya.
·
Dewi Durga yang disebut juga dengan banyak nama lainnya, seperti Sakti, Parwati,
Ambika, dan Kali. Dalam bentuk Uma, ia dikenal sebagai pasangan Dewa Siwa. Dewi
Durga adalah salah satu Dewi yang banyak dipuja dalam agama Hindu. Durga yang
disebut juga Ibu Mulia, melindungi manusia dari kejahatan dan penderitaan
dengan menghancurkan kekuatan jahat seperti keegoisan, kecemburuan, prasangka,
benci, dan ego.
·
Dappat dilihat bersama dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat memberikan penghargaan yang besar terhadap perempuan. Masyarakat
melakukan pemujaan kepada Dewi yang dapat membantu kehidupan manusia di dunia,
seperti Dewi Sri(Dewi padi) yang merupakan sumber kehidupan manusia, pemujaan
sebagai tanda bakti terimakasih juga ditujukan keada Dewi Saraswati (Dewi
pengetahuan). Dewi Saraswati berdiri diatas bunga teratai melambangkan ia
sebagai perempuan mampu berdiri dalam situasi apa pun. Dewi Durga mempunyai
kekuatan magis yang luar biasa, yang dapat memberi dan menghancurkan kehidupan
ini. Dewi Sri Sedana, merupakan para Dewi uang yang mempengaruhi perekonomian
seseorang. Tugas yang di lakukan para Dewi itu adalah sama dengan Dewi sesuai
manifestasinya.
d.
Feminisme Hindu : Perjuangan melawan ketidak
setaraan
Seperti kita
tahu bahwa tokoh feminis Hindu adalah seorang tokoh yang tidak asing lagi,
yaitu Mahatma Gandi. Ia dikenal sebagai sosok yang sangat baik kepribadiannya.
Pada masa penjajahan, salah satu cara untuk mengusir penjajah ialah bukan
dengan cara kekerasan, tetapi degan cara berbuat baik kepada musuh tersebut.
Karena menurutnya musuh adalah bukan orang yang jahat dan tidak harus dimusuhi.
Musuh menurut aMahatma Gandi
adalah orang yang tidak tahu atau tersesat, maka tugas kita adalah
menyadarkannya. Hal ini sesuai dengan prinsip hidupnya yaitu ahimsa dan Brahmacarya.
e.
Relasi gender dalam Masyarakat Bali
Seperti kita tahu, bahwa kebudayaan masyarakat Bali
sangat terpengaruh oleh agama Hindu. Dimana agama Hindui ini sendiri masih
kental dengan budaya patriarki atau patrilinear. Contoh salah satunya ialah di
Bali kelahiran anak laki-laki masih menjadi hal yang sangat dinanti-nanti, dan
ketika kelahiran maka anak tersebut menjadi garis keturunan dari keluarga
ayahnya, bukan dari keluarga ibu anak tersebut. Perempuan yang sudah menikah
tinggal di rumah suaminya dan perempuan
Bali setelah menikah, maka ia menjadi bagian dari keluarga suaminya, dan tidak
diharuskan lagi mengabdi kepada keluarganya karena ia sekarang sudah menjadi
bagian dari keluarga suaminya. Selanjutnya anak perempuan tersebut akan resmi
mengundurkan diri (mepamit) kepada keluarganya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar